Sunday, May 27, 2007

Akhir Penantian

Harus ku akui
ketika kuputuskan memiliki
cintamu…
saat itulah ku ingin kau hanya untukku

*

Harus ku katakan
Telah kupasrahkan hidupku
Bersamamu…
Selamanya…

Reff:

Begitu banyak cara kutempuh
Untuk mencari cinta
Tapi apa daya
Kecewa kudapatkan…

Begitu panjang kujalani
Tanpa sebuah jawaban
Dan inilah saatnya
Kau akhir penantianku…

Back to *

Kan kujaga walaupun harus berpeluh darah…

By:KrisPati

I’m Sorry goodbye

sebelum bertemu denganmu
diriku bahagia
semenjak bertemu denganmu
ku makin bahagia

semakin lama aku
semakin tau tentang engkau
sedikit kecewa
ternyata engkau tak baik

pertama tama semua manis
yang engkau berikan
membuat aku merasakan
cinta sebenarnya

semakin hari
semakin terungkap
yang sesungguhnya
kumakin kecewa
ternyata kau penuh dusta

maafkan ku harus pergi
ku tak suka dengan ini
aku tak bodoh
seperti kekasihmu yang lain

terimakasih oh Tuhan
tunjukkan siapa dia
maaf kita putus
so thank you so much
i’m sorry good bye

seribu cara kau membuat
ku dengan puitis
tapi kau lupa bahwa
ku juga manusia
yang punya mata
perihnya hati dan perasaan
maaf aku pergi
dan takkan untukmu lagi
(i’m sorry good bye)

ku tak suka dengan ini
aku tak bodoh
maafkan ku harus pergi
tak seperti kekasihmu yang lain

terimakasih oh Tuhan
tunjukkan siapa dia
maaf kita putus
so thank you so much
i’m sorry good bye

By: KD

^-^

Rama "Bertahan"

Lihat aku di sini
Kau lukai
hati dan perasaan ini

Tapi entah mengapa
aku bisa
memberikan maaf padamu

Mungkin karena
cinta
padamu
tulus dari dasar hatiku

Mungkin karena
aku
berharap
kau dapat mengerti cintaku

Lihat aku di sini
Bertahan
walau kau s’lalu menyakiti

Hingga air mataku
tak dapat
menetes dan habis terurai

Mungkin karena
cinta
padamu
tulus dari dasar hatiku

Mungkin karena
aku
berharap
kau dapat mengerti cintaku

Meski
kau terus sakiti aku
Cinta ini
akan selalu memaafkan

Dan aku
percaya nanti engkau
Mengerti
bila cintaku takkan mati

Monday, May 21, 2007

Hemm

ANTARA PAGI DAN MALAM HARI

TENANGLAH hatiku, kerana langit tak pun mendengari
Tenanglah, kerana bumi dibebani dengan ratapan kesedihan.
Dia takkan melahirkan melodi dan nyanyianmu.
Tenanglah, kerana roh-roh malam tak menghiraukan bisikan rahsiamu,
dan bayang-bayang tak berhenti dihadapan mimpi-mimpi.

Tenanglah, hatiku. Tenanglah hingga fajar tiba,
kerana dia yang menanti pagi dengan sabar akan menyambut pagi dengan kekuatan.
Dia yang mencintai cahaya, dicintai cahaya.

Tenanglah hatiku, dan dengarkan ucapanku.

DALAM mimpi aku melihat seekor murai menyanyi
saat dia terbang di atas kawah gunung berapi yang meletus.

Kulihat sekuntum bunga Lili menyembulkan kelopaknya di balik salju.
Kulihat seorang bidadari telanjang menari-menari di antara batu-batu kubur.
Kulihat seorang anak tertawa sambil bermain dengan tengkorak-tengkorak.
Kulihat semua makhluk ini dalam sebuah mimpi.
Ketika aku terjaga dan memandang sekelilingku,
kulihat gunung berapi memuntahkan nyala api, tapi tak kudengar murai bernyanyi,
juga tak kulihat dia terbang.

Kulihat langit menaburkan salju di atas padang dan lembah,
dilapisi warna putih mayat dari bunga lili yang membeku.

Kulihat kuburan-kuburan, berderet-deret, tegak di hadapan zaman-zaman yang tenang.
Tapi tak satu pun kulihat di sana yang bergoyang dalam tarian, juga tidak yang tertunduk dalam doa.

Saat terjaga, kulihat kesedihan dan kepedihan; ke manakah perginya kegembiraan dan kesenangan impian?
Mengapa keindahan mimpi lenyap, dan bagaimana gambaran-gambarannya menghilang? Bagaimana mungkin jiwa tertahan sampai sang tidur membawa kembali roh-roh dari hasrat dan harapannya?

DENGARLAH hatiku, dan dengarlah ucapanku.
Semalam jiwaku adalah sebatang pohon yang kukuh dan tua,
menghunjam akar-akarnya ke dasar bumi dan cabang-cabangnya mencekau ke arah yang tak terhingga.

Jiwaku berbunga di musim bunga, memikul buah pada musim panas.
Pada musim gugur kukumpulkan buahnya di mangkuk perak dan kuletakkannya di tengah jalan.
Orang-orang yang lalu lalang mengambil dan memakannya, serta meneruskan perjalanan mereka.


KALA musim gugur berlalu dan gita pujinya bertukar menjadi lagu kematian dan ratapan,
kudapati semua orang telah meninggalkan diriku kecuali satu-satunya buah di talam perak.

Kuambil ia dan memakannya, dan merasakan pahitnya bagai kayu gaharu, masam bak anggur hijau.
Aku berbicara dalam hati,"Bencana bagiku,
kerana telah kutempatkan sebentuk laknat di dalam mulut orang-orang itu,
dan permusuhan dalam perutnya.

" Apa yang telah kaulakukan, jiwaku,
dengan kemanisan akar-akarmu itu yang telah meresap dari usus besar bumi, dengan wangian daun-daunmu yang telah meneguk cahaya matahari?"

Lalu kucabut pohon jiwaku yang kukuh dan tua.
Kucabut akarnya dari tanah liat yang di dalamnya dia telah bertunas dan tumbuh dengan subur.
Kucabut akar dari masa lampaunya, menanggalkan kenangan seribu musim bunga dan seribu musim gugur.

Dan kutanam sekali lagi pohon jiwaku di tempat lain.
Kutanam dia di padang yang tempatnya jauh dari jalan-jalan waktu.
Kulewatkan malam dengan terjaga di sisinya, sambil berkata,
"Mengamati bersama malam yang membawa kita mendekati kerlipan bintang."

Aku memberinya minum dengan darah dan airmataku, sambil berkata,
"Terdapat sebentuk keharuman dalam darah, dan dalam airmata sebentuk kemanisan."

Tatkala musim bunga tiba, jiwaku berbunga sekali lagi.

PADA musim panas jiwaku menyandang buah.
Tatkala musim gugur tiba, kukumpulkan buah-buahnya yang matang di talam emas
dan kuletakkan di tengah jalan. Orang-orang melintas, satu demi satu atau dalam kelompok-kelompok,
tapi tak satu pun menghulurkan tangannya untuk mengambil bahagiannya.

Lalu kuambil sebuah dan memakannya, merasakan manisnya bagai madu pilihan,
lazat seperti musim bunga dari syurga, sangat menyenangkan laksana anggur Babylon,
wangi bak wangi-wangian dari melati.

Aku menjerit,"Orang-orang tak menginginkan rahmat pada mulutnya atau
kebenaran dalam usus mereka, kerana rahmat adalah puteri airmata dan kebenaran putera darah!"

Lalu aku beralih dan duduk di bawah bayangan pohon sunyi jiwaku
di sebuah padang yang tempatnya jauh dari jalan waktu.


TENANGLAH, hatiku, hingga fajar tiba.
Tenanglah, kerana langit menghembus bau hamis kematian dan tak bisa meminum nafasmu.
Dengarkan, hatiku, dan dengarkan aku bicara.
Semalam fikiranku adalah kapal yang terumbang-ambing oleh gelombang laut dan
digerakkan oleh angin dari pantai ke pantai

Kapal fikiranku kosong kecuali untuk tujuh cawan yang dilimpahi dengan warna-warna,
gemilang berwarna-warni.

Sang waktu datang kala aku merasa jemu terapung-apungan di atas permukaan laut dan berkata,
"Aku akan kembali ke kapal kosong fikiranku menuju pelabuhan kota tempat aku dilahirkan."
Tatkala kerjaku selesai, kapal fikiranku
Aku mulai mengecat sisi-sisi kapalku dengan warna-warni - kuning matahari terbenam,
hijau musim bunga baru, biru kubah langit, merah senjakala yang menjadi kecil.
Pada layar dan kemudinya kuukirkan susuk-susuk menakjubkan,
menyenangkan mata dan menyenangkan penglihatan.

Tatkala kerjaku selesai, kapal fikiranku laksana pandangan luas seorang nabi,
berputar dalam ketidakterbatasan laut dan langit. Kumasuki pelabuhan kotaku,
dan orang muncul menemuiku dengan pujian dan rasa terima kasih.
Mereka membawaku ke dalam kota, memukul gendang dan meniup seruling.

Ini mereka lakukan kerana bahagian luar kapalku yang dihias dengan cemerlang,
tapi tak seorang pun masuk ke dalam kapal fikiranku.

Tak seorang pun bertanya apakah yang kubawa dari seberang lautan
Tak seorang pun tahu kenapa aku kembali dengan kapal kosongku ke pelabuhan.
Lalu kepada diriku sendiri, aku berkata,"Aku telah menyesatkan orang-orang,
dan dengan tujuh cawan warna telah kudustai mata mereka"


Setelah setahun aku menaiki kapal fikiranku dan kulayari di laut untuk kedua kalinya.
Aku berlayar menuju pulau-pulau timur, dan mengisi kapalku dengan dupa dan kemenyan,
pohon gaharu dan kayu cendana.

Aku berlayar menuju pulau-pulau barat, dan membawa bijih emas dan gading,
batu merah delima dan zamrud, dan sulaman serta pakaian warna merah lembayung.

Dari pulau-pulau selatan aku kembali dengan rantai dan pedang tajam,
tombak-tombak panjang, serta beraneka jenis senjata.

Aku mengisi kapal fikiranku dengan harta benda dan barang-barang lhasil bumi dan kembali ke pelabuhan kotaku, sambil berkata, "Orang-orangku pasti akan memujiku, memang sudah pastinya. Mereka akan menggendongku ke dalam kota sambil menyanyi dan meniup trompet"
Tapi ketika aku tiba di pelabuhan, tak seorangpun keluar menemuiku.
Ketika kumasuki jalan-jalan kota, tak seorang pun memerhatikan diriku.

Aku berdiri di alun-alun sambil mengutuk pada orang-orang bahawa aku membawa buah dan kekayaan bumi. Mereka memandangku, mulutnya penuh tawa, cemuhan pada wajah mereka.
Lalu mereka berpaling dariku.

Aku kembali ke pelabuhan, kesal dan bingung.
Tak lama kemudian aku melihat kapalku.
Maka aku melihat perjuangan dan harapan dari perjalananku yang menghalangi perhatianku.
Aku menjerit.

Gelombang laut telah mencuri cat dari sisi-sisi kapalku,
tak meninggalkan apa pun kecuali tulang belulang yang bertaburan.

Angin, badai dan terik matahari telah menghapus lukisan-lukisan dari layar,
memudarkan ia seperti pakaian berwarna kelabu dan usang.

Kukumpulkan barang-barang hasil dan kekayaan bumi
ke dalam sebuah perahu yang terapung di atas permukaan air.
Aku kembali ke orang-orangku,
tapi mereka menolak diriku kerana mata mereka hanya melihat bahagian luar.

Pada saat itu kutinggalkan kapal fikiranku dan pergi ke kota kematian.
Aku duduk di antara kuburan-kuburan yang bercat kapur, merenungkan rahsia-rahsianya.


TENANGLAH, hatiku, hingga fajar tiba.
Tenanglah, meskipun prahara yang mengamuk mencerca bisikan-bisikan batinmu,
dan gua-gua lembah takkan menggemakan bunyi suaramu.

Tenanglah, hatiku, hingga fajar tiba. Kerana dia yang menantikan dengan sabar hingga fajar,
pagi hari akan memeluknya dengan semangat.

NUN di sana! Fajar merekah, hatiku. Bicaralah, jika kau mampu bicara!
Itulah arak-arakan sang fajar, hatiku! Akankah hening malam melumpuhkan
kedalaman hatimu yang menyanyi menyambut fajar?

Lihatlah kawanan merpati dan burung murai melayang di atas lembah.
Akankah kengerian malam menghalangi engkau untuk menduduki sayap bersama mereka?

Para pengembala memandu kawanan dombanya dari tempat ternak dan kandang.
Akankah roh-roh malam menghalangimu untuk mengikuti mereka ke padang rumput hijau?
Anak lelaki dan perempuan bergegas menuju kebun anggur.
Kenapa kau tak berganjak dan berjalan bersama mereka?

Bangkitlah, hatiku, bangkit dan berjalan bersama fajar,
kerana malam telah berlalu. Ketakutan malam lenyap bersama mimpi gelapnya.

Bangkitlah, hatiku, dan lantangkan suaramu dalam nyanyian,
kerana hanya anak-anak kegelapan yang gagal menyatu ke dalam nyanyian sang fajar.


:+: Khalil Gibran :+:

Hi...

Haloo haaa...
Ku dah  lma bgt ga Posting neh....
Banyak kerjaan seh n lg sibuk kuliah alah"

Thursday, May 03, 2007

CaPeee

Duh Minggu ini Capee bgt bo...
Banyak bgt Rasanya Kegiatan...

Olimpiade UI...
Ikut tanding Tennes padahal br seMbuh dr sakit...
Trus... Pusing deh Mikirin Kuliah entar lg keLar Semester 4
Mana Ngajar Privat ga boleh Ngabsen hehehe.. Pusinggg

Eh Saat" ini Mau Tanding BasKet lg...
Pdhal Bentrok ama pembukaan ESQ pas tgl5-6
huhuhuh Bingung Ngartur waktunya......

Tugas dah mulai keLuar lg, Ujian pun Makin dekat..... TIDAK...


Oh GOD Help Me....